Rabu, 30 November 2016

Demonstrasi Cara Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal

Jaring Lele, Nyerok Lele, Lele Sangkuriang, Foto Kegiatan

A.    Latar Belakang
Konsumsi makanan merupakan salah satu faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap status gizi seseorang, keluarga dan masyarakat. Rendahnya konsumsi makanan atau kurang seimbangnya masukan zat-zat gizi dari makanan yang dikonsumsi mengakibatkan terlambatnya pertumbuhan, perkembangan, dan perbaikan jaringan tubuh, terjadinya penyakit dan atau lemahnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit serta menurunnya kemampuan kerja. Hal ini tentunya akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang.

Salah satu alternatif bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah ikan. Kandungan protein ikan tidak kalah dengan kandungan protein yang berasal dari daging hewan ternak atau telur. Selain itu ikan adalah sumber protein hewani yang harganya relatif lebih ekonomis dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya, seperti daging sapi dan ayam. Bahkan dengan harga ekonomis tersebut, kandungan proteinnya bahkan lebih tinggi juga lebih sehat, karena adanya kandungan lemak omega 3 yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh.

Namun seiring dengan konsumsi ikan yang semakin meningkat, pemenuhan kebutuhan ikan tidak dapat dipenuhi hanya dari hasil tangkapan. Apalagi jika wilayah itu bukan wilayah pesisir dan hanya memiliki perairan umum yang terbatas. Sehingga ikan hasil produksi budidaya sangat penting artinya.

Wilayah Kecamatan Rembang merupakan wilayah di dataran tinggi dengan topografi  berbukit dan sebaran pemukiman yang tidak merata (biasanya pemukiman terkonsentrasi pada areal yang rata atau memiliki persentase kemiringan yang kecil); memiliki rata-rata areal pekarangan yang sempit; memiliki perairan umum berupa beberapa sungai kecil; sumberdaya air yang relatif terbatas; cukup banyak penduduknya merupakan perantau; jauh dari laut; dan masih tergantung pada pasokan ikan dari luar kecamatan; sehingga cukup strategis jika dilakukan upaya pengenalan teknis budidaya yang cocok dilakukan di wilayah Kecamatan Rembang.
Teknis budidaya ikan yang dianggap cocok dilakukan di sini adalah budidaya ikan lele dengan kolam terpal. Masyarakat yang ada di wilayah Kecamatan Rembang yang rata-rata memiliki lahan pekarangan yang sempit masih bisa melakukan budidaya dengan cara ini, biayanya investasinya pun masih terjangkau, mudah dilakukan meskipun oleh ibu-ibu rumah tangga, dan peluang pasar yang selalu terbuka untuk komoditas ikan lele.

B.    Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan demonstrasi cara budidaya ikan lele di kolam terpal ini waktunya sedikit mundur dari rencana semula. Sebabnya adalah lokasi lahan percontohan yang sudah dibersihkan dan dipersiapkan, yang sebelumnya ada di sebelah selatan gedung kantor BPK Rembang harus di pindah ke lokasi lahan yang ada di sebelah utara. Hal ini karena berdasarkan rencana tata ruang kecamatan yang terbaru, lokasi lahan yang ada di sebelah selatan akan di bangun gedung pemadam kebakaran yang waktunya tidak terlalu lama lagi.

Persiapan
Pada akhirnya persiapan lahan dan pembuatan kolam yang semula harus sudah selesai tanggal 25 Maret 2016 terpaksa mundur hingga tanggal 11 April 2016. Pengisian dan persiapan air kolam juga mundur hingga tanggal 21 April 2016. Kolam terpal yang dibuat adalah kolam yang ada di atas tanah dengan kerangka kolam dari bahan bambu. Selain Praktis dan cepat dalam proses pembuatannya, juga dapat dipindahkan jika sewaktu-waktu lokasi kolam akan digunakan untuk keperluan lain.

Penebaran Benih
Setelah semua kegiatan persiapan selesai, penebaran benih lele dilakukan pada tanggal 21 April 2016. Adapun cara penebaran benih ikan lele ini sesuai teknis budidaya yaitu dengan melakukan aklimatisasi/penyesuaian terlebih dahulu agar benih lele ini tidak kaget dan stres karena adanya perubahan paramater lingkungan budidaya awal ke lingkungan baru. Perubahan parameter ini contohnya suhu.

Benih ikan lele yang di tebar adalah dengan ukuran 7-9 cm. Benih yang ditebar berjumlah 1500 ekor dan di beli dari pedagang benih ikan Desa Larangan Kecamatan Pengadegan. Hal ini karena pembenih Lele di Kecamatan Rembang sedang tidak berproduksi karena sebagian besar ganti komoditas ke jenis ikan lain.

Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan dimulai sejak dilakukan penebaran. Sebelumnya setelah dilakukan penebaran, benih ikan lele di puasakan/tidak diberi makan selama satu hari. Tujuannya adalah menghindari/menghilangkan stres lanjutan dari proses pengangkutan. Perlu diketahui bahwa selama pengangkutan, benih ikan lele kemungkinan akan mengalami stres, jika kondisi demikian maka benih tidak mau makan atau hasrat makannya akan menurun. Apabila di beri pakan, pakan tidak dimanfaatkan dan banyak yang tersisa dan hanya akan mencemari air kolam.

Frekuensi pemberian pakan sebanyak tiga kali yaitu pagi hari, siang hari dan sore/malam hari. Jumlah pakan yang diberikan adalah sebanyak kurang lebih 3-5% bobot ikan. Pemberian pakan secara ad libitum yaitu dengan memberikan pakan sedikit demi sedikit hingga ikan merasa kenyang dan tidak terlihat agresif memanfatkan pakan.

Perlakuan yang diberikan adalah dengan menambahkan probiotik dengan Merk EM4 Perikanan dan diberikan 2 hari sekali dengan dosis yang ditingkatkan 3x mengingat kondisi air kolam ikan lele yang pekat dan banyak sisa kotoran dan pakan di kolam terpal. Tujuan dari penggunaan probiotik ini adalah menjaga kualitas air kolam tetap baik, mengurangi bau, dan meningkatkan kecernakan pakan, serta menjaga ikan tetap sehat. Selama pemeliharaan hingga tanggal 15 Juli 2016 ini telah menghabiskan pakan sebanyak kurang lebih 150 Kg.

Pemanenan
Rencana ikan lele ini di panen dengan target ukuran ikan lele pada saat panen, minimal 100 gr/ekor dan target waktu pemeliharaan selama 2 bulan 10 hari. Oleh karena itu perkiraan panen jatuh pada akhir Bulan Juni tanggal 30 dan masih dalam Bulan Puasa/Ramadhan menjelang Lebaran. Namun karena satu dan lain hal, rencana panen saat bulan puasa tidak bisa terlaksana. Hingga pada hari ini, tanggal 15 Juli 2016, dengan umur pemeliharaan selama 2 bulan 24 hari, baru terlaksana panen tahap I dengan total panen sebanyak 75 Kg. Adapun rata-rata ikan lele yang dipanen berukuran 125 gr/ekor atau satu kilo berisi 8 ekor ikan lele.

Lele Konsumsi, Pecel Lele


Pasca Panen
Pemasaran hasil produksi ikan lele hasil kegiatan demonstrasi cara yang dilakukan BPK Rembang dijual pada pada pegawai di lingkungan kantor Kecamatan Rembang dengan harga dibawah harga eceran namun itu di atas harga panen dari pembudidaya. Beberapa pertimbangan adalah; 1). ikan lele hanya di hargai sesuai standar harga panen jika di jual ke pedagang pengepul; 2). ikan lele tidak bisa dijual sesuai harga pasar karena memang tidak ada yang bersedia mengecerkan secara langsung ke konsumen; 3). harga jual yang lebih rendah dari harga pasar adalah sebagai salah satu cara untuk menarik semakin banyak konsumen untuk mengkonsumsi ikan dan terlebih lagi untuk ikut terjun melakukan budidaya.

Sebagai informasi, untuk saat ini harga eceran adalah Rp 20.000 – 22.000 per kg dan harga panen dari pembudidaya adalah berkisar Rp 13.000 – 15.000 per kg. Sedangkan BPK Rembang menjual hasil panen ikan lele dengan harga Rp 17.000 per kilogram.

Memasak Lele, Menggoreng Lele

Ternyata banyak ibu-ibu yang setelah mengikuti kegiatan apel pagi di Kantor Camat, tertarik membeli dan bahkan ada yang bersedia berlangganan. Mereka membeli satu, dua, atau tiga kilo untuk konsumsi sendiri. Sebagian lagi, ikan lele yang memiliki ukuran di atas 143 gr/ekor atau satu kilo isi 7, di beli warung makan yang ternyata bersedia membeli 20 kg/ hari..

Tentu pembeli senang karena mereka mendapatkan lele yang terjamin kesehatan dan kebersihannya dengan harga yang lebih murah.

Budidaya Lele

C.    Kesimpulan
Kegiatan demonstrasi cara Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal ini mempunyai arti strategis bagi penyuluh di BPK Rembang khususnya dan perkembangan perikanan di Kecamatan Rembang pada umumnya. Karena dengan kegiatan ini penyuluh itu kemudian tahu, mengerti, dan mampu melaksanakan secara mandiri, sehingga ketika mereka berhadapan dengan masyarakat yang ada di wilayah binaan mereka dapat menjelaskan secara rinci teknis budidaya ikan lele di kolam terpal, meskipun mereka adalah bukan penyuluh perikanan. Bagi masyarakat tentu ini menjadi ilmu baru bagi mereka, bahwa jika budidaya lele di kolam terpal dan dengan pelaksanaannya sesuai dengan teknis budidaya dan anjuran penyuluh, usaha budidaya akan berhasil dan menguntungkan.


Makli W. Mushodiq


Previous Post
Next Post

5 komentar:

  1. Balasan
    1. Belum bisa dihitung pak, karena belum semuanya di panen...

      Hapus
  2. Mohon di jelaskan pula dari segi ekonomi dan finansialnya...
    Karena bagaimanapun motif utama beternak lele adalah ekononi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk saat ini belum bisa dilakukan karena proses Panen belum tuntas sepenuhnya.
      Memang berdasarkan pengalaman-pengalaman yang sudah ada, dan pada harga pakan yang cukup tinggi seperti saat ini, sulit bisa menjelaskan bahwa usaha ini adalah usaha yang menguntungkan. Budidaya ikan lele pada usaha skala kecil terlebih lagi, dengan nilai tawar pada pakan dan nilai jual hasil panen yang rendah serta akses pasar yang terbatas menyebabkan usaha lele seperti yang ada di Kecamatan Rembang sulit berkembang. Sehingga motif ekonomi yang diharapkan bisa menjadi pendorong agar usaha ini lebih maju sepertinya kurang.
      Namun hal yang bisa diambil dari kegiatan ini adalah, masyarakat melihat bahwa ternyata budidaya ikan itu mudah dan bisa di jadikan alternatif untuk penyediaan gizi untuk keluarga.
      Mohon maaf bila belum bisa mendapatkan jawaban yang diharapkan...

      Hapus
  3. Mas aq pnya kolam 3 kalo panen d ecer trus sama warga jd rugi kalo ga di jual semua, aq mau jual lele konsumsi tinggal 2 jrigen bingung kemana.

    BalasHapus