Arhtrospira
platensis atau yang lebih dikenal dengan nama Spirulina adalah jenis
mikroalga yang paling banyak dibudidayakan. Pertumbuhannya yang cepat,
efisien karena tidak memakan banyak ruang untuk menghasilkan dalam jumlah
banyak, dan kandungan nutrisinya yang kaya menjadikan Spirulina primadona yang
naik daun di dunia akuakultur. Spirulina sudah terlebih dahulu menjadi suplemen
yang dikonsumsi manusia, dikenal sebagai superfood
dalam bentuk tablet/kapsul. Siapa sangka, Spirulina pun cocok dikonsumsi oleh
ikan dan udang. Beberapa pendapat baik dari petani ikan maupun udang mengatakan
bahwa ikan/udang yang diberi Spirulina memiliki nafsu makan dan ketahanan tubuh
yang lebih baik.
Keunggulan Nutrisi Spirulina
Mikroalga ini
sangat cocok untuk dijadikan pakan larva karena ukurannya pas dengan bukaan
mulut larva dan mengandung nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan larva. Industri
hatchery udang di Indonesia sudah
banyak yang menggunakannya sebagai pakan alami. Spirulina juga dapat
dimanfaatkan sebagai obat bagi ikan karena mampu meningkatkan imunitas dan
mengandung antioksidan alami (carotenoid,
astaxhantin) sebagai pengganti antibiotik.
Spirulina
sebagai pakan ikan banyak dimanfaatkan dalam bentuk tepung. Penggunaan tepung
ikan pada pakan diminati karena kadar proteinnya yang tinggi dan kaya akan asam
amino. Namun, penggunaannya tepung ikan ini tidak berkelanjutan baik dari sisi
ekonomi maupun lingkungan. Berbeda dengan Spirulina yang selain memiliki
protein dan asam amino yang sama, pengolahan dan penggunaannya lebih ramah
lingkungan. Hal ini membuat Spirulina dapat menjadi pilihan sebagai bahan baku
dalam pembuatan pakan, meskipun saat ini belum sampai menggantikan tepung ikan
sepenuhnya.
Dalam 100 g
Spirulina kering, terkandung sekitar 60% protein, 24% karbohidrat, dan 8%
lemak. Lebih jauh lagi, Spirulina juga mengandung asam amino esensial (tryptophan, threonine, isoleucine, histidine,
dan masih banyak lagi), vitamin (vitamin A, vitamin B12, riboflavin, dll), dan
mineral (kalsium, zat besi, magnesium, dll) yang sangat penting sebagai nutrisi
pakan.
Cara Budidaya Spirulina
Budidaya
Spirulina air tawar dapat dilaukan dengan prosedur sebagai berikut;
1. Kolam budidaya
harus terhindar dari air hujan, nemun terkena sinar matahari penuh.
2. Kedalaman air
maksimal 50 cm (pernah dicoba) dan harus teraduk penuh 24 jam dengan pilihan
metode aerasi atau kincir air.
3. Air
disterilisasi menggunakan kaporit dengan dosis 30 ppm dan tunggu selama 4 hari
dengan aerasi berjalan.
4. Air diberi
pupuk dengan jenis dan dosis/liter sebagai berikut:
NaHCO3
|
8,4g
|
NaCl
|
0,5g
|
Urea
|
0,08g
|
TSP
|
0,03g
|
ZA
|
0,02g
|
FeCl
|
0,002g
|
5. Masukan bibit
Spirulina sebanyak 20% dari volume air.
6. Panen dilakukan
7 hari semenjak dari memasukan benih dengan cara disaring, sisakan 20% volume
air jangan disaring.
7. Lanjutkan
pemupukan dengan dosis sama, tunggu 7 hari sampai panen kembali.
8. Produktivitas
menggunakan prosedur diatas berada di sekitar 0,13gram/liter per 7 hari.
Cara Budidaya Spirulina
Budidaya
Spirulina sudah banyak dilakukan di berbagai daerah di Indonesia, khususnya di
pulau Jawa. Banyak yang melakukannya dalam skala kecil (ukuran ember) tapi ada
pula yang sudah menjadi industri yang fokus pada Spirulina sebagai suplemen
manusia, contohnya PT. Trans Pangan Spirulindo di Jepara dan Neoalga Spirulina
di Sukoharjo. Produksi di Jepara mencapai 7 kg/kolam ukuran 100 m2
setiap bulannya.
Budidaya
Spirulina di kolam beton
Indonesia
berpotensi untuk menjadi produsen Spirulina dunia karena lingkungannya yang
mendukung, air melimpah dan yang lebih penting lagi, sinar matahari yang ada
sepanjang tahun. Spirulina juga mudah untuk dibudidayakan dengan memanfaatkan
alat dan bahan yang relatif mudah ditemukan. Sayangnya, bibit Spirulina masih
banyak diimpor dari Cina dan India sehingga harganya agak mahal dan terkesan
eksklusif. Bibit Spirulina yang penulis tahu saat ini adalah di laboratorium
Sekolah Ilmu Hayati dan Teknologi (SITH) ITB dan di BBAL Jepara. Tentunya masih
ada penyedia bibit lain di beberapa daerah.
0 komentar: