Sabtu, 12 Oktober 2019

SISTEM PENGANGKUTAN IKAN HIDUP



Penanganan ikan hidup adalah mempertahankan kelangsungan hidup ikan semaksimal mungkin sampai ikan tersebut diterima oleh konsumen. Terdapat beberapa tahap penanganan untuk mencapai maksud tersebut yaitu penanganan ikan sebelum diangkut, selama pengangkutan dan setelah pengangkutan.
Transportasi produk perikanan khususnya ikan hidup terdapat beberapa macam sistem, yaitu pengangkutan ikan dengan system basah dimana pengankutan menggunakan media air. Sedangkan yang lain adalah pengankutan ikan dengan system kering. Pengangkutan ikan dengan system ini tidak lagi menggunakan media air, melainkan ikan dipisangkan.
Pengangkutan ikan hidup dengan media air sendiri dibagi menjadi dua jenis. Jenis tersbut yaitu dengan system terbuka dan dengan system tertutup. Pada jenis pertama yaitu tentang pengangkutan ikan dengan system terbuka, digunakan untuk transportasi ikan dengan jarak yang dekat, apabila system terbuka digunaka untuk pengangkutan jarak jauh, diperlukan instalasi oksigen. Pada system ini air langsung bersentuhan dengan udara. Sedangkan untuk system tertutup air tidak bersentuhan dengan udara serta dapat digunakan untuk pengangkutan ikan dengan jarak jauh dan jarak dekat.

Transportasi  Ikan Hidup
Prinsip dari penanganan ikan hidup adalah mempertahankan kelangsungan hidup ikan semaksimal mungkin sampai ikan tersebut diterima oleh konsumen. Terdapat beberapa tahap penanganan untuk mencapai maksud tersebut yaitu penanganan ikan sebelum diangkut, selama pengangkutan dan setelah pengangkutan (Junianto 2003).
 Menurut Arie (2000), terdapat beberapa kegiatan penanganan ikan hidup setelah dilakukan pemanenan, yaitu: penyeleksian, penimbangan, pemberokan dan pengangkutan.
a.       Penyeleksian, dilakukan karena dalam satu periode pemanenan biasanya ukuran ikan sangat beragam. Ikan perlu diseleksi dan dipisahkan menurut ukurannya. Ikan yang berukuran kecil sebaiknya dipelihara kembali dalam kolam pembesaran.
b.       Penimbangan, ikan yang telah diseleksi ditimbang untuk mengetahui bobot ikan dari satu periode pemeliharaan, maka dari bobot tersebut dapat diketahui pendapatan dan keuntungan yang diperoleh.
c.       Pemberokan, dapat diartikan sebagai kegiatan penyimpanan sementara sebelum ikan dipasarkan dengan tujuan untuk membuang kotoran dalam tubuh ikan. Pemberokan dapat dilakukan dalam bak, selama pemberokan ikan tidak diberi pakan. Pemberokan dilakukan selama 24 jam untuk perjalanan yang lebih dari 12 jam (Mangunkusumo 2009). Pemberokan dilakukan 1-2 hari untuk ikan ukuran konsumsi (Junianto 2003).
d.      Pengangkutan, untuk ikan konsumsi dapat diangkut dengan berbagai cara, tergantung tujuan pasar lokal, luar daerah ataupun ekspor. Angkutan lokal biasanya menggunakan sistem basah, sedangkan untuk luar daerah yang jauh dan ekspor dilakukan dengan sistem kering.

Ada dua sistem transportasi yang digunakan untuk hasil perikanan hidup di lapangan. Sistem transportasi tersebut terdiri dari transportasi sistem basah dan transportasi sistem kering (Junianto 2003).  Menurut Jailani (2000), pada transportasi sistem basah, ikan diangkut di dalam wadah tertutup atau terbuka yang berisi air laut atau air tawar tergantung jenis dan asal ikan. Pada pengangkutan dengan wadah tertutup, ikan diangkut di dalam wadah tertutup dan suplai oksigen diberikan secara terbatas yang telah diperhitungkan sesuai dengan kebutuhan selama pengangkutan. Pada pengangkutan dalam wadah terbuka, ikan diangkut dengan wadah terbuka dengan suplai oksigen secara terus menerus dan aerasi selama perjalanan. Transportasi basah biasanya digunakan untuk transportasi hasil perikanan hidup selama penangkapan di tambak, kolam dan pelabuhan ke tempat pengumpul atau dari satu pengumpul ke pengumpul lainnya.
Menurut Achmadi (2005), transportasi ikan hidup tanpa media air (sistem kering) merupakan sistem pengangkutan ikan hidup dengan media pengangkutan bukan air. Pada transportasi ikan hidup tanpa media air, ikan dibuat dalam kondisi tenang atau aktivitas respirasi dan metabolismenya rendah. Transportasi sistem kering ini biasanya menggunakan teknik pembiusan pada ikan atau ikan dipingsankan (imotilisasi) terlebih dahulu sebelum dikemas dalam media tanpa air (Suryaningrum et al. 2007). 
Menurut Kuncoro (2004), proses pengangkutan ikan memerlukan teknik dan perlakuan yang berbeda-beda tergantung jarak yang akan ditempuh. Proses pengangkutan ikan ada dua cara yakni cara tertutup dan terbuka. Pada setiap proses pengangkutan ikan hidup, ikan harus dikondisikan untuk mengkonsumsi oksigen sekecil mungkin karena konsumsi oksigen dari sejumlah ikan yang diangkut membatasi lamanya pengangkutan. Menurut Hariyanto et al. (2008), suhu yang tinggi menyebabkan ikan bernafas lebih cepat sehingga ikan mudah lelah, stres dan kebutuhan oksigen juga meningkat. Dengan demikian, proses pengeluaran kotoran menjadi cepat akibatnya kualitas air menurun dan mengakibatkan kematian ikan. Untuk mengatasi masalah ini, dapat dilakukan dengan menurunkan suhu medium hidupnya atau menggunakan bahan-bahan pembius (anestesi) baik alami maupun buatan (Karnila, 2001).
Faktor-faktor yang mempengaruhi transportasi ikan hidup dapat dibagi menjadi beberapa macam diantaranya jenis ikan dan kepadatan. Kepadatan ikan adalah bobot ikan yang berada pada suatu wadah dan waktu tertentu. Kepadatan ikan yang dapat diangkut tiap wadah, dengan atau tanpa kematian ikan merupakan persoalan penting dalam pengangkutan.

Mekanisme dan prosedure pengangkutan ikan hidup
Pengangkutan adalah kegiatan memindahkan atau membawa suatu barang, atau benda lainnya dari satu tempat ke tempat lainnya. Tujuan utama pengangkutan adalah barang yang dibawa bisa sampai di tempat tujuan dalam keadaan utuh, atau tidak rusak sedikitpun. Perubahan bentuk, perubahan rasa, dan ke-tidak-lengkapan dapat menurunkan nilai barang itu. Agar tujuan itu bisa terwujud, maka alat yang digunakan dalam pengangkutan harus cocok, yaitu alat yang bisa menjaga keutuhan barang itu.
Seperti pengangkutan barang, pengangkutan ikan juga memiliki arti dan tujuan yang sama. Namun alat, dan cara yang digunakan dalam pengangkutan ikan berbeda dengan alat, dan cara dalam pengangkutan buku. Karena buku benda mati yang tidak mudah rusak. Sedangkan ikan mahluk hidup yang kemungkinan besar bisa rusak, bahkan mati.
Untuk menentukan alat dan alat pengangkutan sangat tergantung dari karakteristik, dan sifat-sifat hidup ikan, terutama segala sesuatu yang berhubungan dengan pernapasannya. Jangan sampai selama pengangkutan alat pernapasannya terganggu. Itu bisa menyebabkan kematian total.
SISTEM PENGANGKUTAN IKAN
Pengangkutan Ikan Sistem Terbuka
Mengangkut ikan ada dua sistem, yaitu sistem tertutup dan sistem terbuka. Terbuka adalah sistem pengangkutan ikan dimana air dalam wadah angkut kontak langsung dengan udara sebagai sumber oksigen. Sistem ini umumnya digunakan untuk mengangkut ikan dalam jarak yang dekat, misalnya dari kolam ke kolam dalam lokasi yang sama. Bisa juga untuk jarak jauh, dan waktu yang lama, asalkan dilengkapi instalasi pengangkutan dan persediaan oksigen yang cukup selama pengangkutan.
Pengangkutan Ikan Sistem Terbuka
Pengangkutan Ikan Sistem Tertutup
Sedangkan tertutup adalah sistem pengangkutan ikan dimana air dalam wadah angkut tidak kontak langsung dengan udara bebas, karena tertutup rapat oleh wadah angkut. Oksigen yang dibutuhkan oleh ikan selama pengangkutan berasal dari tabung oksigen yang dihembuskan sebelumnya. Sistem ini bisa digunakan, baik untuk jarak dekat maupun jarak jauh, baik untuk waktu yang singkat maupun untuk waktu yang lama.
Pengangkutan Ikan Sistem Tertutup

Faktor - Faktor Penting Yang Harus Diperhatikan Dalam Pengangkutan Ikan
Sebenarnya mengangkut ikan hampir sama dengan memelihara. Bedanya kalau memelihara wadahnya diam, sedangkan kalau mengangkut wadahnya bergerak. Beda lainnya adalah kepadatan, dimana saat mengangkut kepadatannya jauh lebih sangat tinggi dibandingkan dengan memelihara.
Ikan bernapas dengan insang, dan mengambil oksigen dari dalam air. Agar bisa bernapas dengan bebas, diperlukan oksigen yang cukup. Namun keadaan oksigen dalam alat pengangkutan berbeda dengan di kolam. Ketersediaan sangat terbatas, hanya cukup untuk beberapa jam saja.
Karena itu, salah satu prinsip dalam pengangkutan ikan adalah bagaimana menciptakan suasana dalam alat pengangkutan agar ikan bisa bernapas dengan baik, sehingga bisa bertahan hidup hingga di tujuan. Satu hal lagi yang harus menjadi perhatian adalah selama pengangkutan ikan mengeluarkan kotoran.
Untuk menciptakan suasana seperti itu, maka ada tiga faktor penting yang harus diperhatikan dalam pengangkutan ikan, yaitu kepadatan, waktu pengangkutan dan perlakuan, sebelum dan selama pengangkutan. Bila ketiga faktor itu diperhatikan dengan baik, maka prinsip pengakutan bisa tercipta.
Kepadatan ikan tidak boleh teralu tinggi agar tidak berdesak-desakan. Sediakan sedikit areal, atau sekitar setengah bagian dari tubuhnya. Kepadatan dalam satu wadah sangat tergantung dari ukuran ikan. Ikan yang berukuran kecil, jumlahnya lebih banyak dari ikan besar.
Kepadatan juga sangat tergantung dari lamanya pengangkutan. Ikan yang diangkut dalam waktu yang lebih lama, kepadatannya harus lebih rendah, dibanding ikan yang diangkut dalam waktu yang singkat. Ini sangat tergantung dari ketersediaan oksigen selama pengangkutan.
Waktu pengangkutan juga harus diperhatikan. Karena ikan hidup pada kisaran suhu tertentu. Suhu yang melebihi ambang batas hidupnya bisa berakibat fatal. Demikian juga dengan suhu yang kurang dari ambang batas hidupnya. Namun yang sering terjadi adalah melebihi ambang batas, karena selama pengangkutan, suhu akan naik.
Menentukan waktu pengangkutan harus tepat. Ini berkaitan erat jarak yang akan tempuh dan lamanya pengangkutan. Selain itu juga berkaitan erat dengan prinsip pengangkutan, yaitu bagaimana menciptakan suasana yang nyaman bagi ikan. Waktu kapan akan terjadi suasana seperti itu.

 Tentu saja itu terjadi pada suhu rendah. Karena itu pengangkutan ikan harus dilakukan pada malam hari, sehingga bila terjadi kenaikan suhu selama pengangkutan, kenaikan itu tidak terlalu tinggi. Bila ikan akan diangkut selama 12 jam, maka berangkatnya harus sore hari, sehingga tiba di tempat tujuan pada malam atau pagi hari.
Perlakuan pada ikan yang akan diangkut juga turut menentukan kesuksesan dalam menerapkan prinsip pengangkutan ikan, baik sebelum maupun selama pengangkutan. Ini juga berkaitan erat dengan sifat ikan. Justru inilah yang menjadi faktor terpenting dari yang lainnya, dan menjadi kiat dalam pengangkutan. Kiat-kiat itu diantaranya :
Pertama : Ikan yang akan diangkut harus diberok dahulu. Yaitu ditampung dalam bak dengan aliran air bersih, dan tidak diberi pakan tambahan. Tujuan pemberokan adalah untuk mengeluarkan kotoran dari tubuh ikan. Karena ikan yang baru dipanen banyak mengandung kotorannya.
 Bila tidak diberok, maka selama pengangkutan, ikan akan mengeluarkan kotoran, dan kotoran itu akan menurunkan kualitas air dalam alat pengangkutan, dimana kandungan karbondioksida dan amoniak tinggi, sedangkan kandungan oksigen rendah. Keadaan ini bisa menyebabkan ikan tidak bisa hidup dengan dan tidak bisa bernapas dengan bebas.
Kedua : ikan harus diseleksi terlebih dahulu, yaitu dilakukan pemisahan antara ikan yang berukuran besar, sedang dan kecil. Tujuan seleksi adalah agar ukuran ikan menjadi seragam, sehingga bila diangkut tidak terjadi persaingan yang terlalu jauh sesama ikan yang diangkut.
Persaingan itu berupa persaingan dalam memperebutkan tempat, dimana ikan yang besar bisa menyisihkan ikan yang kecil. Keadaan ini bisa menyebabkan ikan kecil mati. Persaingan juga bisa berupa persaingan dalam mendapatkan oksigen, dimana ikan besar dapat menggunakan oksigen lebih banyak dari ikan kecil.
Ketiga : ikan harus ditreatmen, atau disucihamakan terlebih dahulu, yaitu dengan cara merendam dalam obat tertentu, contoh Kalium Permanganat (PK), dengan dosis tertertu dan dalam waktu, atau lamanya tertentu pula. (lihat teknik mengobati penyakit ikan).
Tujuan treatmen adalah agar ikan-ikan yang akan diangkut terbebas dari segala penyakit. Ikan yang sakit bisa terobati, dan ikan yang sehat bisa dicegah agar tidak terserang penyakit. Penyakit bisa menjadi penyebab kematian dalam pengangkutan. Selain itu, bisa menjadi penyebab tersebarnya satu penyakit dari satu daerah ke daerah lain.
Kelebihan dan Kekurangan Pengangkutan Ikan Hidup Media Air
Menurut Jangkaru et al.(2011), secara garis besar pengankutan ikan hidup dibagi dalam sistem terbuka dan sistem tertutup. Pada sistem terbuka, ikan yang diangkut berhubungan langsung dengan udara bebas. Sebaliknya pada pengangkutan sistem tertutup selama pengangkutan ikan hanya berhubungan dengan udara di dalam wadah saja.
Pengankutan system terbuka yaitu ikan hidup yang diangkut dengan wadah atau tempat yang media airnya masih dapat berhubungan dengan udara bebas. Pengankutan system ini biasa digunakan untuk pengangkutan jarak dekat dan membutuhkan waktu yang tidak begitu lama.
Kelebihannya :
      Difusi oksigen melalui udara ke media air masih dapat berlangsung, dapat dilakukan penambahan oksigen melalui aerator, dan dapat dilakukan pergantian air sebagian selama perjalanan. Sistem ini sangat cocok untuk pengiriman ikan ukuran konsumsi.
Kekurangannya :
·  Dapat membahayakan ikan dan tidak dapat dilakukan untuk pengiriman menggunakan pesawat terbang.
Pengankutan ikan system tertutup yaitu pengankutan ikan hidup yang dilakukan dengan tempat atau wadah tertutup, udara dari luar tidak dapat masuk kedalam media tersebut. Pengangkutan dengan cara ini dapat dilakukan untuk pengangkutan jarak jauh. Seperti halnya dengan system terbuka, pengemasan system tertutup ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya antara lain :
·  media air tahan terhadap guncangan selama pengangkutan, dapat dilakukan untuk pengangkutan jarak jauh (dengan pesawat terbang), memudahkan penataan dalam pemanfaatan tempat selama pengangkutan.
kekurangannya antara lain :
·  media air tidak dapat bersentuhan dengan udara langsung (tidak ada difusi oksigen dari udara) sehingga tidak ada suplai oksigen tambahan, tidak dapat dilakukan pergantian air, dan memerlukan kecermatan dalam memperhitungkan kebutuhan oksigen dengan lama waktu perjalanan.

Transportasi ikan hidup media air merupakan pengangkutan ikan dengan adanya air sehingga ikan tidak perlu dilakukan pembiusan. Prosedur pengangkutan ikan hidup dimulai dari pra pengangkutan, pengangkutan dan pasca pengangkutan. Terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan yang ada pada pengangkutan ikan hidup media air. Sistem pengangkutan harus disesuaikan dengan ikan sebagai objek yang akan diangkut



DAFTAR PUSTAKA

 Achmadi D. 2005. Pembiusan ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan tegangan listrik untuk transportasi sistem kering [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Arini, E., T. Elfitasar, S.H. Pumanto.2011.Pengaruh Kepadatan Berbeda terhadap Kelulushidupan Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata Blkr.) pada Pengakutan Sistem Tertutup.Jurnal Saintek Perikanan.7(1):10-18
Hidayah AM. 1998. Studi Penggunaan Gas CO2 sebagai Bahan Pembius untuk Transportasi Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.). http://help.lycos.com/newticket.php.
Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Karnila R, Edison. 2001. Pengaruh suhu dan waku pembiusan bertahap terhadap ketahanan hidup ikan jambal siam (Pangasius sutchi F) dalam ransportasi sistem kering. Jurnal Natur Indonesia III (2): 151-167 (2001).
Mangunkusumo AS. 2009. Transportasi Ikan Hidup. http://naksara.net/Aquaculture/Application/transportasi-ikan-hidup.html.

Previous Post
Next Post

0 komentar: