Penanganan ikan hidup adalah
mempertahankan kelangsungan hidup ikan semaksimal mungkin sampai ikan tersebut
diterima oleh konsumen. Terdapat beberapa tahap penanganan untuk mencapai
maksud tersebut yaitu penanganan ikan sebelum diangkut, selama pengangkutan dan
setelah pengangkutan.
Transportasi produk perikanan khususnya
ikan hidup terdapat beberapa macam sistem, yaitu pengangkutan ikan dengan
system basah dimana pengankutan menggunakan media air. Sedangkan yang lain
adalah pengankutan ikan dengan system kering. Pengangkutan ikan dengan system
ini tidak lagi menggunakan media air, melainkan ikan dipisangkan.
Pengangkutan ikan hidup dengan media air
sendiri dibagi menjadi dua jenis. Jenis tersbut yaitu dengan system terbuka dan
dengan system tertutup. Pada jenis pertama yaitu tentang pengangkutan ikan
dengan system terbuka, digunakan untuk transportasi ikan dengan jarak yang
dekat, apabila system terbuka digunaka untuk pengangkutan jarak jauh,
diperlukan instalasi oksigen. Pada system ini air langsung bersentuhan dengan
udara. Sedangkan untuk system tertutup air tidak bersentuhan dengan udara serta
dapat digunakan untuk pengangkutan ikan dengan jarak jauh dan jarak dekat.
Transportasi
Ikan Hidup
Prinsip dari penanganan ikan hidup adalah mempertahankan
kelangsungan hidup ikan semaksimal mungkin sampai ikan tersebut diterima oleh
konsumen. Terdapat beberapa tahap penanganan untuk mencapai maksud tersebut
yaitu penanganan ikan sebelum diangkut, selama pengangkutan dan setelah
pengangkutan (Junianto 2003).
Menurut Arie (2000), terdapat
beberapa kegiatan penanganan ikan hidup setelah dilakukan pemanenan, yaitu:
penyeleksian, penimbangan, pemberokan dan pengangkutan.
a.
Penyeleksian, dilakukan karena
dalam satu periode pemanenan biasanya ukuran ikan sangat beragam. Ikan perlu
diseleksi dan dipisahkan menurut ukurannya. Ikan yang berukuran kecil sebaiknya
dipelihara kembali dalam kolam pembesaran.
b.
Penimbangan, ikan yang telah diseleksi
ditimbang untuk mengetahui bobot ikan dari satu periode pemeliharaan, maka dari
bobot tersebut dapat diketahui pendapatan dan keuntungan yang diperoleh.
c.
Pemberokan, dapat diartikan
sebagai kegiatan penyimpanan sementara sebelum ikan dipasarkan dengan tujuan
untuk membuang kotoran dalam tubuh ikan. Pemberokan dapat dilakukan dalam bak,
selama pemberokan ikan tidak diberi pakan. Pemberokan dilakukan selama 24 jam
untuk perjalanan yang lebih dari 12 jam (Mangunkusumo 2009). Pemberokan
dilakukan 1-2 hari untuk ikan ukuran konsumsi (Junianto 2003).
d.
Pengangkutan, untuk ikan
konsumsi dapat diangkut dengan berbagai cara, tergantung tujuan pasar lokal,
luar daerah ataupun ekspor. Angkutan lokal biasanya menggunakan sistem basah,
sedangkan untuk luar daerah yang jauh dan ekspor dilakukan dengan sistem
kering.
Ada dua sistem transportasi yang digunakan untuk hasil perikanan
hidup di lapangan. Sistem transportasi tersebut terdiri dari transportasi
sistem basah dan transportasi sistem kering (Junianto 2003). Menurut Jailani (2000), pada transportasi sistem basah, ikan
diangkut di dalam wadah tertutup atau terbuka yang berisi air laut atau air
tawar tergantung jenis dan asal ikan. Pada pengangkutan dengan wadah tertutup,
ikan diangkut di dalam wadah tertutup dan suplai oksigen diberikan secara
terbatas yang telah diperhitungkan sesuai dengan kebutuhan selama pengangkutan.
Pada pengangkutan dalam wadah terbuka, ikan diangkut dengan wadah terbuka
dengan suplai oksigen secara terus menerus dan aerasi selama perjalanan.
Transportasi basah biasanya digunakan untuk transportasi hasil perikanan hidup
selama penangkapan di tambak, kolam dan pelabuhan ke tempat pengumpul atau dari
satu pengumpul ke pengumpul lainnya.
Menurut Achmadi (2005), transportasi ikan hidup tanpa media air
(sistem kering) merupakan sistem pengangkutan ikan hidup dengan media
pengangkutan bukan air. Pada transportasi ikan hidup tanpa media air, ikan
dibuat dalam kondisi tenang atau aktivitas respirasi dan metabolismenya rendah.
Transportasi sistem kering ini biasanya menggunakan teknik pembiusan pada ikan
atau ikan dipingsankan (imotilisasi) terlebih dahulu sebelum dikemas dalam
media tanpa air (Suryaningrum et al. 2007).
Menurut Kuncoro (2004), proses
pengangkutan ikan memerlukan teknik dan perlakuan yang berbeda-beda tergantung
jarak yang akan ditempuh. Proses pengangkutan ikan ada dua cara yakni cara
tertutup dan terbuka. Pada setiap proses pengangkutan ikan hidup, ikan harus
dikondisikan untuk mengkonsumsi oksigen sekecil mungkin karena konsumsi oksigen
dari sejumlah ikan yang diangkut membatasi lamanya pengangkutan. Menurut
Hariyanto et al. (2008), suhu yang tinggi menyebabkan ikan bernafas
lebih cepat sehingga ikan mudah lelah, stres dan kebutuhan oksigen juga
meningkat. Dengan demikian, proses pengeluaran kotoran menjadi cepat akibatnya
kualitas air menurun dan mengakibatkan kematian ikan. Untuk mengatasi masalah
ini, dapat dilakukan dengan menurunkan suhu medium hidupnya atau menggunakan
bahan-bahan pembius (anestesi) baik alami maupun buatan (Karnila, 2001).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
transportasi ikan hidup dapat dibagi menjadi beberapa macam diantaranya jenis
ikan dan kepadatan. Kepadatan ikan adalah bobot ikan yang berada pada suatu
wadah dan waktu tertentu. Kepadatan ikan yang dapat diangkut tiap wadah, dengan
atau tanpa kematian ikan merupakan persoalan penting dalam pengangkutan.
Mekanisme dan prosedure
pengangkutan ikan hidup
Pengangkutan adalah kegiatan memindahkan atau
membawa suatu barang, atau benda lainnya dari satu tempat ke tempat lainnya.
Tujuan utama pengangkutan adalah barang yang dibawa bisa sampai di tempat
tujuan dalam keadaan utuh, atau tidak rusak sedikitpun. Perubahan bentuk,
perubahan rasa, dan ke-tidak-lengkapan dapat menurunkan nilai barang itu. Agar
tujuan itu bisa terwujud, maka alat yang digunakan dalam pengangkutan harus
cocok, yaitu alat yang bisa menjaga keutuhan barang itu.
Seperti pengangkutan
barang, pengangkutan ikan juga memiliki arti dan tujuan yang sama. Namun alat,
dan cara yang digunakan dalam pengangkutan ikan berbeda dengan alat, dan cara
dalam pengangkutan buku. Karena buku benda mati yang tidak mudah rusak. Sedangkan
ikan mahluk hidup yang kemungkinan besar bisa rusak, bahkan mati.
Untuk menentukan alat dan alat pengangkutan sangat
tergantung dari karakteristik, dan sifat-sifat hidup ikan, terutama segala
sesuatu yang berhubungan dengan pernapasannya. Jangan sampai selama
pengangkutan alat pernapasannya terganggu. Itu bisa menyebabkan kematian total.
SISTEM
PENGANGKUTAN IKAN
Pengangkutan Ikan
Sistem Terbuka
Mengangkut ikan ada dua sistem, yaitu sistem
tertutup dan sistem terbuka. Terbuka adalah sistem pengangkutan ikan dimana air
dalam wadah angkut kontak langsung dengan udara sebagai sumber oksigen. Sistem
ini umumnya digunakan untuk mengangkut ikan dalam jarak yang dekat, misalnya
dari kolam ke kolam dalam lokasi yang sama. Bisa juga untuk jarak jauh, dan
waktu yang lama, asalkan dilengkapi instalasi pengangkutan dan persediaan
oksigen yang cukup selama pengangkutan.
Pengangkutan Ikan Sistem Terbuka
Pengangkutan Ikan
Sistem Tertutup
Sedangkan tertutup adalah sistem pengangkutan ikan
dimana air dalam wadah angkut tidak kontak langsung dengan udara bebas, karena
tertutup rapat oleh wadah angkut. Oksigen yang dibutuhkan oleh ikan selama
pengangkutan berasal dari tabung oksigen yang dihembuskan sebelumnya. Sistem
ini bisa digunakan, baik untuk jarak dekat maupun jarak jauh, baik untuk waktu
yang singkat maupun untuk waktu yang lama.
Pengangkutan
Ikan Sistem Tertutup
Faktor - Faktor Penting
Yang Harus Diperhatikan Dalam Pengangkutan Ikan
Sebenarnya mengangkut ikan hampir sama dengan
memelihara. Bedanya kalau memelihara wadahnya diam, sedangkan kalau mengangkut
wadahnya bergerak. Beda lainnya adalah kepadatan, dimana saat mengangkut
kepadatannya jauh lebih sangat tinggi dibandingkan dengan memelihara.
Ikan bernapas dengan insang, dan mengambil oksigen
dari dalam air. Agar bisa bernapas dengan bebas, diperlukan oksigen yang cukup.
Namun keadaan oksigen dalam alat pengangkutan berbeda dengan di kolam.
Ketersediaan sangat terbatas, hanya cukup untuk beberapa jam saja.
Karena itu, salah satu prinsip dalam pengangkutan ikan
adalah bagaimana menciptakan suasana dalam alat pengangkutan agar ikan bisa
bernapas dengan baik, sehingga bisa bertahan hidup hingga di tujuan. Satu hal
lagi yang harus menjadi perhatian adalah selama pengangkutan ikan mengeluarkan
kotoran.
Untuk menciptakan suasana seperti itu, maka ada tiga
faktor penting yang harus diperhatikan dalam pengangkutan ikan, yaitu
kepadatan, waktu pengangkutan dan perlakuan, sebelum dan selama pengangkutan.
Bila ketiga faktor itu diperhatikan dengan baik, maka prinsip pengakutan bisa
tercipta.
Kepadatan ikan tidak boleh teralu tinggi agar tidak
berdesak-desakan. Sediakan sedikit areal, atau sekitar setengah bagian dari
tubuhnya. Kepadatan dalam satu wadah sangat tergantung dari ukuran ikan. Ikan
yang berukuran kecil, jumlahnya lebih banyak dari ikan besar.
Kepadatan juga sangat tergantung dari lamanya
pengangkutan. Ikan yang diangkut dalam waktu yang lebih lama, kepadatannya
harus lebih rendah, dibanding ikan yang diangkut dalam waktu yang singkat. Ini
sangat tergantung dari ketersediaan oksigen selama pengangkutan.
Waktu pengangkutan juga harus diperhatikan. Karena
ikan hidup pada kisaran suhu tertentu. Suhu yang melebihi ambang batas hidupnya
bisa berakibat fatal. Demikian juga dengan suhu yang kurang dari ambang batas
hidupnya. Namun yang sering terjadi adalah melebihi ambang batas, karena selama
pengangkutan, suhu akan naik.
Menentukan waktu pengangkutan harus tepat. Ini
berkaitan erat jarak yang akan tempuh dan lamanya pengangkutan. Selain itu juga
berkaitan erat dengan prinsip pengangkutan, yaitu bagaimana menciptakan suasana
yang nyaman bagi ikan. Waktu kapan akan terjadi suasana seperti itu.
Tentu saja itu terjadi pada
suhu rendah. Karena itu pengangkutan ikan harus dilakukan pada malam hari,
sehingga bila terjadi kenaikan suhu selama pengangkutan, kenaikan itu tidak
terlalu tinggi. Bila ikan akan diangkut selama 12 jam, maka berangkatnya harus
sore hari, sehingga tiba di tempat tujuan pada malam atau pagi hari.
Perlakuan pada ikan yang akan diangkut juga turut
menentukan kesuksesan dalam menerapkan prinsip pengangkutan ikan, baik sebelum
maupun selama pengangkutan. Ini juga berkaitan erat dengan sifat ikan. Justru
inilah yang menjadi faktor terpenting dari yang lainnya, dan menjadi kiat dalam
pengangkutan. Kiat-kiat itu diantaranya :
Pertama : Ikan yang akan diangkut harus diberok
dahulu. Yaitu ditampung dalam bak dengan aliran air bersih, dan tidak diberi
pakan tambahan. Tujuan pemberokan adalah untuk mengeluarkan kotoran dari tubuh
ikan. Karena ikan yang baru dipanen banyak mengandung kotorannya.
Bila tidak
diberok, maka selama pengangkutan, ikan akan mengeluarkan kotoran, dan kotoran
itu akan menurunkan kualitas air dalam alat pengangkutan, dimana kandungan
karbondioksida dan amoniak tinggi, sedangkan kandungan oksigen rendah. Keadaan
ini bisa menyebabkan ikan tidak bisa hidup dengan dan tidak bisa bernapas
dengan bebas.
Kedua : ikan harus diseleksi terlebih dahulu, yaitu
dilakukan pemisahan antara ikan yang berukuran besar, sedang dan kecil. Tujuan
seleksi adalah agar ukuran ikan menjadi seragam, sehingga bila diangkut tidak
terjadi persaingan yang terlalu jauh sesama ikan yang diangkut.
Persaingan itu berupa persaingan dalam memperebutkan
tempat, dimana ikan yang besar bisa menyisihkan ikan yang kecil. Keadaan ini
bisa menyebabkan ikan kecil mati. Persaingan juga bisa berupa persaingan dalam
mendapatkan oksigen, dimana ikan besar dapat menggunakan oksigen lebih banyak
dari ikan kecil.
Ketiga : ikan harus ditreatmen, atau disucihamakan
terlebih dahulu, yaitu dengan cara merendam dalam obat tertentu, contoh Kalium
Permanganat (PK), dengan dosis tertertu dan dalam waktu, atau lamanya tertentu
pula. (lihat teknik mengobati penyakit ikan).
Tujuan treatmen adalah agar ikan-ikan yang akan
diangkut terbebas dari segala penyakit. Ikan yang sakit bisa terobati, dan ikan
yang sehat bisa dicegah agar tidak terserang penyakit. Penyakit bisa menjadi
penyebab kematian dalam pengangkutan. Selain itu, bisa menjadi penyebab
tersebarnya satu penyakit dari satu daerah ke daerah lain.
Kelebihan dan
Kekurangan Pengangkutan
Ikan Hidup Media Air
Menurut Jangkaru et al.(2011), secara garis besar
pengankutan ikan hidup dibagi dalam sistem terbuka dan sistem tertutup. Pada
sistem terbuka, ikan yang diangkut berhubungan langsung dengan udara bebas.
Sebaliknya pada pengangkutan sistem tertutup selama pengangkutan ikan hanya
berhubungan dengan udara di dalam wadah saja.
Pengankutan system terbuka yaitu ikan hidup yang
diangkut dengan wadah atau tempat yang media airnya masih dapat berhubungan
dengan udara bebas. Pengankutan system ini biasa digunakan untuk pengangkutan
jarak dekat dan membutuhkan waktu yang tidak begitu lama.
Kelebihannya
:
• Difusi oksigen melalui
udara ke media air masih dapat berlangsung, dapat dilakukan penambahan oksigen
melalui aerator, dan dapat dilakukan pergantian air sebagian selama perjalanan.
Sistem ini sangat cocok untuk pengiriman ikan ukuran konsumsi.
Kekurangannya
:
· Dapat membahayakan ikan
dan tidak dapat dilakukan untuk pengiriman menggunakan pesawat terbang.
Pengankutan ikan system tertutup yaitu pengankutan ikan
hidup yang dilakukan dengan tempat atau wadah tertutup, udara dari luar tidak
dapat masuk kedalam media tersebut. Pengangkutan dengan cara ini dapat
dilakukan untuk pengangkutan jarak jauh. Seperti halnya dengan system terbuka,
pengemasan system tertutup ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya
antara lain :
· media
air tahan terhadap guncangan selama pengangkutan, dapat dilakukan untuk
pengangkutan jarak jauh (dengan pesawat terbang), memudahkan penataan dalam
pemanfaatan tempat selama pengangkutan.
kekurangannya
antara lain :
· media
air tidak dapat bersentuhan dengan udara langsung (tidak ada difusi oksigen
dari udara) sehingga tidak ada suplai oksigen tambahan, tidak dapat dilakukan
pergantian air, dan memerlukan kecermatan dalam memperhitungkan kebutuhan
oksigen dengan lama waktu perjalanan.
Transportasi
ikan hidup media air merupakan pengangkutan ikan dengan adanya air sehingga
ikan tidak perlu dilakukan pembiusan. Prosedur pengangkutan ikan hidup dimulai dari pra
pengangkutan, pengangkutan dan pasca pengangkutan. Terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan yang ada
pada pengangkutan
ikan hidup media air. Sistem
pengangkutan harus disesuaikan dengan ikan sebagai objek yang akan diangkut
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi D. 2005.
Pembiusan ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan tegangan listrik
untuk transportasi sistem kering [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Arini, E., T. Elfitasar, S.H.
Pumanto.2011.Pengaruh Kepadatan Berbeda terhadap Kelulushidupan Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata Blkr.) pada
Pengakutan Sistem Tertutup.Jurnal Saintek Perikanan.7(1):10-18
Hidayah AM. 1998. Studi Penggunaan
Gas CO2 sebagai Bahan Pembius untuk Transportasi Ikan Nila Merah (Oreochromis
sp.). http://help.lycos.com/newticket.php.
Junianto. 2003. Teknik
Penanganan Ikan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Karnila
R, Edison. 2001. Pengaruh suhu dan waku pembiusan
bertahap terhadap ketahanan hidup ikan jambal siam (Pangasius sutchi F)
dalam ransportasi sistem kering. Jurnal Natur Indonesia III (2): 151-167
(2001).
Mangunkusumo AS. 2009. Transportasi
Ikan Hidup. http://naksara.net/Aquaculture/Application/transportasi-ikan-hidup.html.
0 komentar: