Permasalahan budidaya ikan
yang sering dijumpai oleh pembudidaya ikan nila adalah penurunan mutu induk
atau benih yang digunakan . Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk mengatasi
permasalahan tersebut dengan melaukukan kegiatan perekayasaan teknologi,
meliputi : Penangkaran selektif (Selective Breeding), Hibridisasi,
Manipulasi Set Kromoson dan perbanyakan Induk Unggul.
1. Penangkaran
selektif
Kegiatan penangkaran selektif dimaksudkan memilih
calon indukan yang yang memiliki keunggulan fenotif agar menghasilkan keturunan
yang unggul. Berdasarkan metode yang digunakan terdapat dua teknik seleksi
yaitu seleksi massa (individu) dan seleksi famili, pada seleksi individu,
individu terbaik dari satu populasi digunakan untuk menghasilkan keturunan
berikutnya, sementara itu pada seleksi famili induk terbaik dalam setiap
famili saja yang digunakan untuk menghasilkan keturunan berikutnya.
Salah satu program seleksi ikan nila yang telah
berhasil di dunia adalah GIFT (Genetically Improvement of Farmed Tilapia)
di Indonesia. Ikan yang di introduksikan ke Indonesia pertama kali pada
tahun 1994 sangat berhasil meningkatkan ikan nila, namun mutu genetik ikan nila
gift menurun seiring dengan berjalannya waktu. Saat ini telah berhasil
dikembangkan beberapa strain ikan nila unggul yaitu : Ikan Nila Nirwana ( Nila
Ras Wanayasa ) hasil Balai Pengembangan Benih Ikan Air Tawar (BPBIAT) Wanayasa
Purwakarta Jawa Barat, Ikan Nila JATIMBULAN hasil UPTPBAT Umbulan, serta Nila
BEST (Bogor Enhanced Strain Tilapia) hasil Balai Riset Perikanan
Budidaya Air Tawar Bogor (BRPBAT) Bogor.
Umumnya program seleksi lebih di arahkan untuk
menghasilkan individu yang memiliki pertumbuhan yang lebih baik, namun tidak
menutup kemungkinan program seleksi juga dilakukan untuk aspek yang lain
seperti ketahanan terhadap salinitas (Program Nila Salin , BPPT) atau
ketahanan di lahan gambut/asam (BRPBAT Bogor Mandiangin)
2.
Hibridisasi
Upaya hibridisasi ikan nila saat ini sedang
dikembangkan khususnya pada ikan nila merah. Ikan nila merah yang sebelumnya di
datangkan ke Indonesia pada tahun 1981 merupakan jenis hibrida, ikan nila saat
ini permasalahan budidaya ikan nila merah mulai muncul ketika tingkat
pertumbuhannya mulai menurun rentan terhadap penyakit, fekunditas induk yang
rendah serta penampilan bercak hitam mulai dominan.
Jenis ikan nila merah yang dihasilkan di PBIAT Janti,
Jawa Tengah telah di rilis oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dengan nama Nila
Larasati. Hibridisasi nila hitam dan nila merah tersebut mampu memperbaiki
pertumbuhan ikan nila lebih baik lagi. Perbaikan mutu induk ikan nila merah ini
telah dilakukan di BBPBAT Sukabumi dan telah menghasilkan nila merah yang lebih
baik, nila merah jenis unggul sekarang biasa di sebut Nila Merah
Bangkok.
3. Manipulasi set kromoson
Kegiatan ini dimaksudkan untuk merekayasa aspek
kromoson untuk kepentingan yang diinginkan. Kegiatan rekayasa set kromoson yang
umum dilakukan adalah merekayasa kromoson seks ikan agar dihasilkan individu
unggul kelamin (mono sex). Pada ikan nila jantan relatif lebih cepat tumbuhnya
dibandingkan betinanya oleh karenanya memelihara ikan tunggal kelamin
jantan dirasakan jauh lebih menguntungkan. Benih tunggal kelamin jantan dapat
diperoleh dengan memberikan hormon androgen pada larva sebelum fase
diferensiasi seksnya. Namun penggunaan hormon tersebut sudah tidak
diperbolehkan lagi. alternatif pemecahan masalah yang dapat di terapkan adalah
dengan metode jantan super (YY super male).
Balai Besar Pengembangan Budidaya Ikan Air Tawar (BBPBAT) sukabumi bekerjasama dengan badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK, IPB) telah mengembangkan produk jantan super yang diberi nama Nila Gesit (Genetically Supermale Indonesian Tilapia) Induk Nila GESIT ini jika dipijahkan dengan nila betina biasa akan menghasilkan benih dominan jantan (GMT, Gnetically Male Tilapia) 90 % jantan semua.
0 komentar: