Secara geografis, Kabupaten Purbalingga terletak pada 101° 11" BT–109°35" BT dan 7°10" LS–7°29 LS" terbentang pada altitude ± 40 – 1.500 meter di atas permukaan laut. Secara umum Purbalingga termasuk dalam iklim tropis dengan rata-rata curah hujan 3,739 mm – 4,789 mm per tahun. Purbalingga berada di cekungan yang diapit beberapa rangkaian pegunungan. Di sebelah utara merupakan rangkaian pegunungan (Gunung Slamet dan Dataran Tinggi Dieng). Bagian selatan merupakan Depresi Serayu, yang dialiri dua sungai besar Kali Serayu dan anak sungainya, Kali Pekacangan. Anak sungai lainnya yaitu seperti Kali Klawing, Kali Gintung, dan anak sungai lainnya.
Kondisi geografis tersebut merupakan faktor yang potensial
bagi masyarakat Kabupaten Purbalingga untuk mengembangkan kegiatan perikanan,
baik perikanan budidaya maupun perikanan tangkap di perairan umum.
Ikan uceng (Nemacheilus Fasciatus) tergolong kedalam famili
Balitoridae dan Genus Nemacheilus. Ikan ini hidup di sungai yang airnya
mengalir agak deras dengan dasar bebatuan sebagai tempat perlindungannya. Ikan
Uceng merupakan salah satu jenis ikan yang tahan hidup pada kandungan oksigen
rendah dan kekeruhan air yang tinggi. Ikan uceng memiliki ukuran yang cukup
kecil, hanya sekitar 10-15 cm saja. Ikan ini memiliki warna tubuh yang cukup
menarik, dengan warna dominan cokelat keabu-abuan dan memiliki beberapa
garis-garis horizontal yang lebih terang pada bagian tubuhnya.
Ikan uceng memiliki habitat yang cukup spesifik, yaitu hanya
dapat ditemukan di dasar sungai yang terdapat batu-batu besar atau bebatuan.
Ikan ini tidak dapat ditemukan di daerah yang terlalu dangkal atau terlalu
dalam.
Ikan uceng merupakan ikan omnivora, yang artinya ikan ini
dapat memakan berbagai macam makanan, baik berupa serangga, karang, maupun
tumbuh-tumbuhan. Ikan ini juga dapat memakan makanan yang terdapat di dasar
sungai, seperti daun-daun yang telah layu atau sisa-sisa makanan yang terdapat
di dasar sungai.
Ikan uceng seringnya berlindung di bebatuan, ikan ini cukup
sulit untuk ditangkap. Biasanya masyarakat sekitar sungai menangkapnya dengan
menggunakan jaring, pancing, dan celik (anyaman bambu mirip bubu tetapi
ukurannya lebih kecil).
Ikan ini merupakan salah satu komoditas favorit yang menjadi
sasaran tangkap di perairan umum Kabupaten Purbalingga. Ikan uceng ini banyak
digemari masyarakat, karena rasanya yang nikmat, gurih, lezat dan kandungan
nutrisi yang tinggi. Ikan uceng tidak hanya dijual dalam keadaan segar, namun
hasil olahan ikan uceng dapat disajikan dalam bentuk Ikan Uceng goreng yang cukup tahan lama dan dapat dikemas dengan berbagai ukuran
dan rasa, sehingga cukup menarik untuk dipasarkan. Tidak heran jika keberadaan
Ikan Uceng ini menjadi favorit para nelayan karena peluang pasar yang
menjanjikan. Harga jual Ikan Uceng segar mencapai Rp. 80.000 s/d Rp. 90.000 per
Kilogram, sedangkan Ikan Uceng goreng mencapai Rp.400.000 - Rp.450.000 per
Kilogram.
Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan pasar dan
persaingan bisnis Ikan Uceng inilah, maka harus dilakukan upaya pelestarian
Ikan Uceng. Karena sumber utama Ikan Uceng tersebut masih sangat mengandalkan
penangkapan dari alam. Terlebih saat ini produk Ikan Uceng goreng sudah
dinyatakan sebagai produk yang memiliki
sertifikat ”Indikasi Geografis“ oleh Kementerian Hukum dan HAM, yang berarti
Ikan Uceng goreng merupakan produk khas Kabupaten yang diakui secara nasional.
Pengelolaan perairan umum sebagai salah satu upaya
pemanfaatan sumberdaya perikanan secara
berkesinambungan perlu dilakukan secara bijaksana. Pada saat ini pemanfaatan
sumber daya perikanan diperairan umum Kabupaten Purbalingga melalui kegiatan penangkapan
cenderung mulai tidak terkendali, sehingga jumlah penangkapan tidak seimbang
dengan pemulihan. Ikan Uceng adalah salah satu ikan endemik di Kabupaten yang mulai terancam punah. Ketidak seimbangan
lingkungan perairan umum sebagai habitat asli Ikan Uceng dari waktu ke waktu
semakin tidak stabil akibat dari pencemaran perairan maupun faktor alam. Oleh
karena itu perlu dilakukan upaya pemulihan kembali kelimpahan Ikan Uceng di
perairan Kabupaten Purbalingga. Salah satunya adalah dengan cara Domestikasi
Ikan Uceng.
Domestikasi Ikan Uceng
Domestikasi merupakan proses penjinakan suatu organisme yang
berasal dari alam untuk dipelihara dan dibudidayakan dalam wadah terkontrol
(Lorenzen et al., 2012). Domestikasi ini bertujuan untuk mengadaptasikan Ikan
Uceng dari alam kedalam kondisi budidaya
yang sudah dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat beradaptasi dengan wadah
budidaya, pakan dan dapat hidup serta berkembang biak dengan baik.
Domestikasi bertujuan untuk menjaga kelestarian plasma
nutfah Ikan Uceng melalui penangkapan dari alam yang kemudian dibudidayakan agar menghasilkan keturunan
untuk ditebarkan kembali di sungai yang merupakan habitatnya. Upaya Domestikasi
Ikan Uceng telah dilaksanakan oleh Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten sejak tahun 2015, melalui kegiatan tersebut
diharapkan dapat mencapai hasil yang optimal, sehingga populasi Ikan Uceng bisa
dikembangkan dan dilestarikan.
Secara ekonomi, kegiatan Domestikasi Ikan Uceng berpotensi
meningkatkan penghasilan bagi nelayan
dan masyarakat perairan umum sekitarnya. Nelayan tidak perlu lagi menangkap
Ikan Uceng dari luar daerah, karena meningkatnya produksi Ikan Uceng lokal.
Selain itu dapat menjadi salah satu kegiatan yang mendukung keberhasilan
pemenuhan gizi masyarakat. Oleh karena hal tersebut diharapkan tumbuhnya
kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian ikan di perairan umum, baik dari
penebaran ikan invasif, illegal fishing maupun ketidak seimbangan ekosistem
perairan.
Diharapkan kedepannya penebaran ikan diperairan umum dapat
terus menggunakan benih ikan endemik
yang berasal dari benih hasil penangkaran karena secara alami sudah
memiliki kesesuaian topografis dengan kondisi perairan di Kabupaten Purbalingga,
sehingga tidak perlu aklimatisasi lagi. Selain itu keberadaan ikan-ikan ini
tidak akan mengancam keberadaan maupun merusak kemurnian genetika ikan-ikan
yang sudah ada di perairan umum Kabupaten Purbalingga. Kelemahan dari metode
ini adalah perlunya ketekunan dari penangkar serta kerja sama dengan pencinta
lingkungan (sungai) dalam penyediaan induk dan menjaga kelestarian ikan yang
telah ditebar.
Proses Domestikasi Ikan Uceng
Langkah awal dari Domestikasi Ikan Uceng ini adalah dengan
menyiapkan wadah budidaya yang diatur sedemikian rupa hingga menyerupai habitat
aslinya. Ikan Uceng mempunyai kebiasaan untuk bersembunyi didalam pasir atau
kerikil, hal ini merupakan sifat asli Ikan Uceng yang harus diperhatikan pada
proses domestikasi. Penggunaan akuarium dengan dasar tidak diisi pasir,
menyebabkan Ikan Uceng mengalami luka pada bagian perut, yang akhirnya akan
menimbulkan kematian. Setelah wadah siap, dilanjutkan dengan penangkapan Ikan
Uceng dengan melibatkan nelayan
penangkap Ikan Uceng, alat yang
digunakan adalah alat penangkapan ikan ramah lingkungan yang terbuat dari bambu
yang bernama celik/bubu. Penggunaan alat tangkap khusus ini bertujuan untuk
menghindarkan ikan stress dan mati. Apabila alat tangkap yang digunakan
menggunakan icir seperti apabila ikan akan diolah, maka biasanya ikan akan mati
dalam waktu yang tidak terlalu lama. Hasil tangkapan kemudian dibawa ke lokasi domestikasi. Cara
penangkapan ikan dengan celik dilakukan dengan memasang celik diperairanyang
tidak terlalu dalam pada sore hari, pagi harinya celik diambil dan hasil tangkapan ditampung
di blong penampungan kemudian dipelihara dalam
akuarium karantina yang sudah
dipersiapkan sebelumnya.
Selain manajemen pemberian pakan yang tepat, diperlukan pula
manajemen kualitas air dan kesehatan ikan yang baik untuk keberhasilan kegiatan
domestikasi. Lingkungan buatan yang sangat berbeda dengan kondisi perairan umum
merupakan faktor yang sangat riskan yang dapat menyebabkan kondisi ikan mudah
mengalami stress dan terserang penyakit. Oleh karena itu diperlukan semaksimal
mungkin mengkondisikan kualitas air pemeliharaan tidak berbeda jauh dengan
lingkungan aslinya. Kondisi lingkungan Ikan Uceng yang ideal berada pada suhu
25-27?C dengan pH 7, DO>5 ppm.
Pembenihan Ikan Uceng
Pembenihan Ikan Uceng diawali dengan proses seleksi calon
induk (sexing) yang kemudian dilanjutkan dengan proses pematangan gonad. Sexing
dilakukan pada bulan ke-7 yaitu untuk mengetahui jenis kelamin masing-masing
ikan. Kemudian calon induk jantan dan
betina ditempatkan dalam wadah yang terpisah untuk dilakukan tahapan
pematangan gonad.
Pemijahan Ikan Uceng awalnya dilakukan dengan metode
Stripping. Telur dan sperma diurut untuk dikeluarkan dari tubuh induk Ikan
Uceng dan ditempatkan dalam wadah bersih, dicampur dengan ditambah garam
fisiologis dan diaduk. Namun metode ini mengalami kegagalan, telur tidak ada
yang menetas.
Upaya lanjutan untuk memperbaiki kegagalan tersebut kemudian
dilakukan pemijahan dengan metode Induce breeding (Kawin Suntik). Induk yang
sudah matang gonad disuntik dengan hormon Ovaprim dengan dosis 0,025 mm
per-ekor induk, untuk mempercepat proses pematangan gonad. Pemijahan dengan
metode suntik ini berhasil menghasilkan larva sejumlah + 1.500 ekor/induk
betina.
Agar metode pembenihan ini mudah untuk direplikasi
masyarakat (baik dari segi biaya dan teknis), dan salah satu perwujudan
dari konsep budidaya aman pangan dan
lingkungan, maka diuji coba metode lain dalam pembenihan, yaitu pemijahan alami
tanpa bantuan hormon.
Pemijahan Ikan Uceng berlangsung selama 8-10 jam setelah
dipasangkan dalam satu akuarium dan biasanya terjadi pada malam hari. Pemijahan
Ikan Uceng berhasil ditandai dengan adanya busa–busa dipermukaan air dan
tercium bau amis pada akuarium tersebut. Telur Ikan Uceng akan terlihat pada
dasar akuarium. Telur Ikan Uceng bersifat tenggelam selalu berada pada dasar
akuarium. Pada tahap ini ikan tidak usah diberi makan. Hal ini untuk mengurangi
jumlah kotoran yang dikeluarkan sebagai sisa metabolisme. Pada proses mendekati
hari pemijahan, dipastikan agar jumlah pakan yang diberikan cukup, untuk
meningkatkan jumlah energi tersimpan yang digunakan ikan untuk bereproduksi.
Setelah pemijahan selesai, induk jantan dan betina dikembalikan pada akuarium asalnya untuk pemulihan kondisi (recovery). Sedangkan untuk larva Ikan Uceng dipelihara dan dibesarkan dengan metode pemeliharaan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Waktu pemeliharaan Ikan Uceng di bak fiber kurang lebih selama 2 bulan sampai mencapai ukuran benih yang siap di tebar di perairan umum.
Sumber :